Sunday, February 14, 2016

Terluka Oleh Senja

Terkadang yang kita butuhkan hanyalah 
sebuah tangan yang bisa kita genggam,
dan sebuah hati yang bisa mengerti.



Apa arti orang tua buatmu? Seberapa penting mereka dalam hidupmu? Orang tua adalah bagian yang tak pernah bisa lepas dari diri kita. Namun, masih saja sering kita jumpai ada banyak orang tua yang hidup terlantar di luar sana. Pada hari Sabtu, 6 Februari 2016 kami rombongan dari Backpacker Jakarta mengunjungi salah satu panti sosial dalam rangka acara bakti sosial BPJ in Love. Tempat yang kami kunjungi adalah Panti Sosial Rukun Ibu Tresnawerdha yang berada di daerah Nanggeleng, Sukabumi. Kami berangkat dari Jakarta pada hari Jumat malam sekitar pukul 23:00 WIB dengan peserta sekitar 50 orang. Kami menyewa satu buah bus dan sengaja berangkat sebelum tengah malam karena perkiraannya hari itu akan macet sehubungan bersamaan dengan libur tanggal merah. Ternyata perjalanan lancar dan kami sampai di Sukabumi pukul 02:00 dini hari, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu jam 05:00 . Karena kami tiba tengah malam dan tidak enak membangunkan penghuni panti jadilah kami menggelar matras dan mencari tempat merebahkan badan di emperan toko pinggir jalan (sudah biasa..hehe..namanya juga backpacker).



Setelah pagi tiba, kami beranjak untuk menunaikan sholat subuh di masjid dan membersihkan badan. Setelah sarapan, kami beranjak menuju panti yang jaraknya cuma berapa meter dari tempat kami tidur semalam. Panti Sosial Rukun Ibu Tresnawerdha adalah panti khusus untuk nenek saja, ada sekitar 9 orang nenek yang menghuni panti ini. Kami pun berkenalan dengan penghuni panti yang menyambut kami dengan senyum ramahnya. Tidak semua nenek disini bisa berada disini karena sengaja dititipkan oleh keluarganya,  namun ada juga yang berasal dari dinas sosial ataupun yang ditemukan di jalan. Miris memang mendengar ada anak yang sengaja menitipkan orang tuanya disini, jauh dari keluarga yang dicintainya dan hanya menghabiskan waktu tuanya dalam satu ruangan sederhana.



Setelah berkenalan dengan penghuni panti, kami mulai melaksanakan tugas sesuai tugas yang sudah dibagi oleh panitia. Panitia membagi peserta menjadi tiga tim yaitu tim memasak, tim bersih-bersih dan tim penghibur nenek. Kami pun asyik dalam tugas kami masing-masing, saya pun ikut bagian dalam tim bersih-bersih. Menyapu, mengepel, membersihkan tempat tidur nenek, mencuci pakain, membersihkan kamar mandi, semua melakukannya dengan senang hati. Bahkan memandikan nenek, menyuapi nenek makan, dan memotong kuku jari nenek pun tidak ada yang keberatan melakukannya. Seusai membersihkan ruangan, kita mengobrol dengan nenek dan mendengarkan cerita hidup mereka. Kami pun sempat senam dan menyanyi bersama. Haru, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Bahkan saya melihat banyak air mata mengalir dari para peserta. Terlebih saat kami berpamitan pulang, tak kuasa melihat mereka melepas kami dengan berat hati. Apakah satu hari itu bisa mengobati rasa rindu mereka akan hadirnya sebuah keluarga? Saya harap setelah kami pergi nanti dan panti ini kembali sepi, mereka masih bisa tersenyum dan tertawa.






Ada banyak pelajaran yang saya peroleh dari perjalanan kali ini. Orang tua adalah seseorang yang sudah selayaknya kita jaga dengan sepenuh hati, seperti halnya mereka yang memberikan begitu banyak kasih sayang mereka kepada kita saat kita kecil. Seberapa banyak apa yang kita lakukan tak akan mampu membalas jasa orang tua kita. Semoga tidak ada lagi alasan bagi seorang anak untuk meninggalkan orang tuanya. Semoga orang tua kita bisa menjalani hari tuanya di tempat yang layak, berada di tengah keluarga yang mencintainya, menikmati masa senjanya tanpa luka dan bisa menghabiskan sisa umurnya dengan bahagia.



Backpacker itu menghabiskan waktunya untuk menjelajah, berjalan menuju ke suatu tempat yang indah.. dan tempat terindah adalah dimana kita bisa membuat seseorang tertawa bahagia.
[ Angga Maulana _ Backpacker Jakarta ]

Thursday, February 4, 2016

Berbagi Cinta di Sudut Kota



                Dalam hidupmu,  apakah yang sudah kamu lakukan untuk orang lain? Ketika suatu hari ada seseorang yang menanyakan hal itu kepadaku, aku belum bisa menjawabnya. Belajar menjadi orang yang berguna, itulah yang terlintas di pikiranku saat aku memutuskan untuk ke tempat ini, sebulan yang lalu. Pergilah ke kawasan Kota tua Jakarta, persisnya di halaman Kantor Pos Indonesia, pada setiap hari sabtu sore maka kamu akan menemukan sisi lain dari ibu kota. Berada di sudut kota, siapa sangka ada sebuah tempat yang penuh kasih memanggil, bersaing dengan keramaian yang ada.



" Kantor Pos Indonesia, Kota Tua, Jakarta "




                Ada banyak cara untuk berbagi. Ada orang yang berbagi dengan hartanya, ada orang yang berbagi dengan ilmu dan pikirannya, ada orang yang berbagi dengan keahliannya, tapi bagi yang tidak tidak memiliki hal tersebut, jangan berkecil hati karena kita masih bisa berbagi cinta dan kasih sayang yang kita miliki. Hidup adalah perjuangan dan harapan. Saya tidak perlu menjadi sempurna untuk bisa berguna dan membantu sesama mewujudkan asa. Lakukan semua dengan cinta yang tulus dan yakinlah dengan itu kau tidak akan pernah merasa  mengorbankan sesuatu dalam hidupmu,  demikian salah satu kata dari bunda Any Kusuma Dewi.  Wanita cantik yang sering disapa bunda Any ini adalah ketua dari Yayasan Tri Kusuma Bangsa, dimana hampir 100an anak datang belajar kesini setiap sabtu. Ada beberapa kelas disini , terbagi dalam kelas Bintang (4-6 tahun), Bulan (1-3 SD), Matahari (4-6 SD), Bumi (SMP). Ada juga anak-anak penyandang disabilitas yang semangat untuk ikut belajar, mereka masuk dalam kelas Pelangi.  


 
" Bunda Any yang baik hati, ibunda kami "




                Aku mengenal tempat  ini dari seorang sahabatku di kantor, namanya Ka Risma. Saat aku pertama kali kesini beberapa bulan yang lalu, waktu itu mereka masih belajar di halaman depan Kantor Pos, tanpa atap dan susah sekali bisa fokus karena kawasan kota tua ini memang tidak pernah sepi setiap akhir minggu. Sekarang mereka belajar di teras Kantor pos dan gerbangnya bisa dikunci sehingga lumayan bisa membuat suasana belajar menjadi lebih baik. Ada beberapa kaka pengajar yang rutin mengajar setiap sabtu, diantaranya yang sudah aku kenal adalah Ka Risma, Ka Phi dan  Ka Ode. Namun seringkali banyak kakak volunteer yang datang turut membantu. Rasanya asyik saja, walaupun pertama kali cuma duduk membantu anak-anak di belakang sembari melihat mereka mengajar di depan, lama-lama turun tangan langsung menjadi menyenangkan. Terima kasih Ka Risma karena sudah mengenalkanku kepada mereka.



" Kaka Risma sedang mengajar "

" Anak-anak selalu berbaris rapi sebelum pulang "



Aku paling suka berada di kelas Bintang. Bagiku, senyum mereka seterang bintang , seperti namanya. Mereka adalah pengobat hati yang sangat mujarab. Bercanda dengan anak-anak yang polos adalah hal sederhana namun begitu indah. Sambil belajar, sesekali aku mendengar mereka bilang “Ka, dia mengambil penghapusku”, kadang juga “Ka, dia menyembunyikan pensilku”, atau “Ka, dia membuang sandalku” ahh.. aku  malah merasa lucu mendengar mereka mengadu, rasanya itu jauh sekali dari pertengkaran hidup yang rumit. Aku suka tersenyum melihat dahi mereka mengkerut saat menghitung empat tambah  lima, tapi mereka tetap berusaha menghitung sungguh-sungguh sambil menjejerkan jari-jari mungilnya. Bandingkan dengan kita yang setiap hari pusing menghitung masalah kita sendiri dan masih saja mengeluh tak ada habisnya. Aku mengajar sekaligus belajar dari mereka. Melihat mereka membuatku lebih banyak merenung dan menyadari ada banyak hal yang harus kita syukuri dalam hidup ini. 

" Aku dan anak-anak kelas Bintang "

" Anak-anak kelas Bintang paling suka kalau disuruh maju ke depan "
" Kakak-kakak volunteer yang ikut membantu mengajar "



Belajar adalah proses hidup yang tidak akan pernah ada habisnya. Sejatinya, semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama baiknya, namun tak semua anak bisa menikmatinya. Karena itu berbahagialah yang pernah berkesempatan untuk bisa bersekolah dengan mudah dan mengenyam pendidikan tanpa susah payah. Walaupun begitu aku percaya bahwa ilmu bisa didapat dari mana saja dan tak mesti harus dari bangku sekolah. Jadi, jangan pernah berhenti belajar.




 Semakin banyak ilmuku, 
semakin ku insyafi diri,

bahwa terlalu banyak yang tidak aku ketahui. 
 [ Imam Syafi’i ]